Peran Serta Kita dalam Mendukung Sustainability

Daily writing prompt
Are there things you try to practice daily to live a more sustainable lifestyle?

Sebelum bicara tentang apa yang saya lakukan untuk menjalani kehidupan secara sustainable, mungkin ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu apa sih yang dimaksud dengan gaya hidup sustainable? Mengutip UNEP, gaya hidup sustainable adalah cara hidup (bagaimana kita berperilaku dan mengambil pilihan) yang dapat berkontribusi untuk meminimalkan degradasi lingkungan sekaligus mendukung pengembangan sosio-ekonomi masyarakat serta peningkatan kualitas kehidupan bagi semua orang (dan makhluk hidup). Sustainability erat kaitannya dengan mempertahankan dan menjaga sumber daya alam dan lingkungan yang saat ini kita miliki supaya tidak rusak dan mengakibatkan banyak kerugian bagi kita semua.

Photo by Min An on Pexels.com

Dengan melihat lingkungan sekitar dan menyimak berbagai artikel dan berita, saya selalu merasa tergerak untuk ikut berpartisipasi dalam mengurangi emisi dan polusi karena dampaknya yang negatif terhadap cuaca dan iklim bumi. Sekarang saja kita sudah bisa merasakan bahwa cuaca semakin ekstrem, musim semakin tidak menentu, suhu udara di luar ruangan semakin panas dan kita semakin tergantung pada pendingin udara, di beberapa tempat terjadi banjir bandang sedangkan di tempat lain terjadi kekeringan. Saya juga merasa resah karena udara tidak lagi nyaman untuk bernafas, banyak sampah berceceran di tempat umum, sungai kotor dan alirannya buntu karena sampah.

Dulu saya pernah terobsesi untuk menjalankan zero waste living. Ada seseorang yang saya kenal di media sosial yang menerapkan zero waste living selama bertahun-tahun dan hanya menghasilkan sampah plastik sebanyak satu botol air mineral ukuran sedang. Wah, saat itu saya terinspirasi sekali. Saya tidak mau menghasilkan sampah dari aktivitas sehari-hari sehingga sebisa mungkin saya membawa kotak makan, botol minum, dan alat makan sendiri kemana-mana demi menghindari kemasan dan alat makan sekali pakai, saya juga tidak mau menggunakan kantong plastik ketika berbelanja. Saya juga me-reuse botol kaca untuk menjadi tempat propagasi tanaman.

Baca juga: Sampah-Sampah yang Saya Hasilkan

Ketika awal melakukan hal-hal tersebut, ada secercah rasa bangga karena seolah sudah berkontribusi aktif untuk mengurangi kerusakan lingkungan. Lama-kelamaan, saya kok jadi merasa kewalahan dan repot sendiri. Menenteng kotak makan dan botol minuman kemana-mana itu berat apalagi saya naik kendaraan umum. Demi tidak mencampur sampah, saya melakukan pilah sampah non organik: botol plastik, botol kaca, kardus, benda-benda elektronik, kemasan PET, kemasan plastik makanan ringan, dan lain-lain. Tiap-tiap sampah saya carikan penyalur dan penampungnya. Sayang tidak semua sampah itu bisa diterima oleh penampung, akibatnya banyak sampah yang ngendon di dalam gudang. Semua itu juga membutuhkan waktu dan effort tambahan di luar kegiatan rutin harian.

Baca juga: Ngobrol Tentang Sampah

Akhirnya saya tiba pada kesimpulan bahwa saya perlu mengubah mindset, bahwa seharusnya saya menyadari kalau saya punya keterbatasan dan apa yang saya lakukan perlu disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan saya. Oleh karena itu saya melakukan sustainable life style semampu saya saja. Hingga saat ini, saya masih mengompos, memilah sampah organik dan non organik. Atas sampah non organik, biasanya saya pilah antara plastik, kaca, dan kardus. Masing-masing saya letakkan di wadah yang berbeda sebelum dibuang ke tempat sampah, tujuannya supaya apabila ada pemulung mereka lebih mudah mengambil apa yang mereka perlukan. Atas sampah yang lain, saya tetap buang untuk diambil petugas kebersihan. Di samping itu, saya menggunakan transportasi umum untuk aktivitas harian, membawa kantong belanja sendiri, membeli bahan makanan dari penjual sayur lokal, mematikan lampu rumah yang tidak diperlukan, dan thrifting sesekali. Bila memungkinkan saya membawa kotak makan dan botol minum sendiri ketika bepergian.

Baca juga: Tangan Kedua Kenapa Tidak

Mengutip beberapa artikel mengenai sustainable living, antara lain dari national geographic, united nations environment programme (UNEP), hingga website seperti green living guru, untuk menjalani gaya hidup yang sustainable banyak sekali cara yang bisa ditempuh, mulai dari bagaimana kita berbelanja, makanan apa saja yang kita konsumsi, bagaimana bentuk rumah kita, sarana transportasi apa saja yang kita gunakan dan masih banyak lagi.

Aksi nyata yang bisa kita lakukan sangatlah banyak dan semua orang bisa mengambil peran walaupun kecil. Seandainya kita melihat ada orang yang tetap pakai kantong plastik, gemar jajan makanan dan minuman dengan kemasan sekali pakai, tidak perlu juga judging and shaming, karena bisa saja apa yang mereka lakukan memang tidak selalu tampak. Dengan begitu saya berkesimpulan bahwa saya tidak perlu sampai ngoyo, karena sekecil apa pun usaha dan peran serta kita dalam mendukung sustainability harus tetap diapresiasi.

Got something to say?