Food Combining Revisited

Sekitar satu minggu ini saya kembali menerapkan makan sesuai dengan kaidah food combining. Beberapa tahun lalu saya sempat menerapkan konsep ini dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari setelah membaca dan mengikuti twit dari seorang selebtwit bernama Erikar Lebang. Konsep food combining sangat sederhana, yaitu memperhatikan kombinasi makanan yang kita konsumsi secara bersamaan dan memperbanyak konsumsi sayur serta buah-buahan. Buah-buahan merupakan makanan yang harus dikonsumsi pada waktu sarapan di pagi hari, sedangkan makan siang dan malam kita boleh makan apa saja. Protein hewani tidak seharusnya dikonsumsi bersamaan dengan karbohidrat sedangkan protein nabati boleh dikonsumsi bersama dengan karbohidrat.

Manfaat food combining antara lain adalah untuk menjaga kebaikan saluran pencernaan dan mengoptimalkan penyerapan nutrisi dalam makanan. Setelah makan, banyak orang merasa kembung, begah, mual atau bahkan mengantuk. Salah satu penyebabnya adalah organ pencernaan yang bekerja keras untuk mencerna makanan yang dikonsumsi secara kurang tepat seperti protein hewani dan karbohidrat yang dikonsumsi secara bersamaan. Protein hewani seperti daging sapi dicerna oleh enzim pepsin dalam lingkungan asam, sedangkan karbohidrat dicerna oleh enzim ptyalin dalam lingkungan basa. Dengan perbedaan yang kontradiktif ini, konsumsi protein hewani bersamaan dengan karbohidrat akan mengakibatkan kebingungan di organ pencernaan yang pada akhirnya menimbulkan masalah pencernaan yang disebutkan di atas.

Photo by Pixabay on Pexels.com

Saat itu, penyebab saya sulit menerapkan food combining adalah karena saya tidak pintar memilih buah. Buah yang disarankan untuk dikonsumsi pada pagi hari adalah buah-buahan yang sudah matang (ripe) dan mengandung kadar air tinggi, seperti semangka, pepaya, nanas, melon, jeruk, apel, dan lain sebagainya. Pisang tidak disarankan karena tidak memenuhi kriteria yang disebutkan sebelumnya. Akibat tidak pintar memilih buah yang sudah masak, saya seringkali harus mengkonsumsi buah yang masih muda dan asam sehingga malah sakit perut.

Kali ini, saya menerapkan food combining dengan sedikit penyesuaian. Prinsip kombinasi makanan yang bisa dikonsumsi secara bersamaan tetap digunakan, tetapi dengan rasio yang lebih seimbang. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah jendela waktu makanan dikonsumsi. Secara umum seperti ini rambu-rabunya:

Sarapan (06.00 – 08.00). Makanan yang dikonsumsi di waktu sarapan adalah bahan-bahan probiotik dan prebiotik dan berguna untuk memperbaiki kondisi saluran pencernaan. Bahan-bahan probiotik antara lain yogurt dan kefir sedangkan prebiotik seperti buah-buahan tinggi serat, roti gandum, chia, dan oat. Buah pisang juga merupakan bahan prebiotik sehingga boleh dan baik untuk dikonsumsi saat sarapan.

Baca juga: Membuat Yogurt Sendiri di Rumah

Makan Siang (11.00 – 14.00 ). Untuk makan siang, saya makan karbohidrat, sayuran, dan protein nabati. Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi sebaiknya dibatasi sedangkan sayuran diperbanyak. Tidak ada ketentuan jumlah sayuran dan protein nabati yang boleh dimakan, selama tetap memperhatikan sensor kenyang di perut. Ketika perut sudah mulai terasa kenyang maka sebaiknya berhenti makan.

Makan Malam (18.00 – 20.00). Untuk makan malam, saya makan sayuran dan memperbanyak protein hewani. Tidak ada konsumsi karbohidrat sama sekali untuk makan malam. Sama seperti makan siang, porsi tidak ditentukan dengan tetap memperhatikan dan mengindahkan sensor kenyang di perut. Protein hewani yang dikonsumsi di malam bermanfaat untuk menimbulkan efek kenyang hingga keesokan harinya sehingga di pagi hari walaupun sarapan bukan makanan berat, saya tidak merasa kelaparan.

Snacks. Di antara ketiga meal time di atas, apabila kita masih merasa lapar, diperbolehkan untuk mengkonsumsi kudapan sehat seperti buah-buahan, ubi kukus, atau roti gandum.

Memang sih, baru satu minggu saya menerapkan pola makan seperti ini tetapi ada beberapa manfaat yang saya rasakan, antara lain:

  1. siklus pencernaan dan jadwal ke toilet jadi lebih teratur dan terasa tuntas,
  2. perut terasa nyaman dan tidak ada rasa penuh atau begah setelah makan,
  3. tidak lagi merasakan sakit kepala di pagi hari setelah bangun tidur yang dulu sering terjadi,
  4. tidak lagi merasakan acid reflux yang sering muncul tiba-tiba misalnya ketika berolahraga,
  5. tidak perlu banyak berpikir mengenai makanan apa yang bisa saya konsumsi karena polanya sudah jelas,
  6. convenience, karena saya secara umum tetap bisa makan seperti biasa dan saya tidak harus memasak. Saya masih bisa membeli makanan dari warung atau tempat makan dan cukup memperhatikan kombinasi makanan yang saya konsumsi, dan
  7. berat badan saya turun sekitar 2 kilogram dalam seminggu ini.

Mari kita lihat bagaimana progress berikutnya.

***

Sumber:

  1. https://yurielkaim.com/food-combining-rules/
  2. https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/probiotik-dan-prebiotik-apa-bedanya/

Got something to say?