Lagi-Lagi Singapura

Negara pertama yang saya kunjungi pasca COVID19 adalah Singapura. Saat itu, terhitung sudah tiga tahun saya hiatus jalan-jalan ke luar negeri karena sebagian besar negara di dunia memberlakukan pembatasan border dan tidak sembarangan membiarkan orang masuk ke dalam negeri. Ada sedikit rasa senang dan lega ketika menyadari bahwa dunia telah beranjak meninggalkan pandemi dan memulai kehidupan dalam new normal. Pada awal tahun 2023, akhirnya saya kembali menggunakan kembali paspor saya untuk traveling.

Singapura merupakan pilihan mudah untuk dikunjungi, karena lokasinya yang dekat dengan Indonesia, tidak perlu repot-repot mengurus visa, dan harga tiket pesawat juga relatif terjangkau. Di luar paspor, saat itu yang diperlukan adalah pengisian data traveler yang harus dilengkapi sebelum memasuki Singapura. Easy peasy, formulir tersebut cuma membutuhkan sertifikat vaksin COVID.

Sebelumnya saya sudah pernah berkunjung ke Singapura, sehingga kali ini saya tidak memiliki bucket list apa pun selain ingin berganti suasana dari rutinitias harian.

Saya bersama teman saya berangkat dengan penerbangan pagi, dan kami tiba sekitar pukul sembilan pagi. Seperti biasa, setibanya di Changi kami membeli transport pass, namun karena waktu masih early untuk bisa check in di penginapan, kami menyempatkan diri untuk mampir ke Terminal 3 untuk menuju Jewel Changi yang masih ada di kawasan bandara untuk melihat air terjun buatan. Menjelang siang, kami pun meninggalkan Changi untuk menuju kawasan Bencoolen, dimana penginapan kami berada.

Seperti biasa, lokasi yang strategis merupakan pertimbangan utama bagi saya memilih akomodasi. Hotel yang kami pilih hanya berjarak sekitar 150 meter dari Stasiun Bencoolen dan dekat pula dengan Fortune Center–semacam food court. Selain itu, jalan juga tidak jauh dari pusat perbelanjaan Orchard Road.

Siang itu, kami makan kebab di Fortune Center lalu menuju Gardens by The Bay. Dari berbagai atraksi yang ada di sana, kami tertarik dengan Cloud Forest yang saat itu menampilkan tema Avatar, dan Flower Dome. Saya cukup terpukau dan terkesan dengan atraksi ini. Walaupun artifisial, namun penempatan berbagai props dan pengaturan lalu lalang manusia sangat rapi sehingga memaksimalkan experience para pengunjung untuk seolah merasakan dunia dalam film Avatar.

Dari Cloud Forest dan Flower Dome, kami menyempatkan diri juga untuk mampir ke Supertree Observatory untuk menikmati atraksi lampu yang berkedip-kedip beriringan dengan suara musik yang diperdengarkan di sana.

Kesokan harinya, target kami adalah memaksimalkan jalan kaki ke berbagai lokasi. Menurut saya, mumpung sedang di Singapura yang punya infrastruktur untuk pejalan kaki yang sangat memadai, maka kesempatan untuk jalan kaki kemana-mana tidak boleh dilewatkan. Orchard Road dan Patung Merlion menjadi tujuan setengah hari pertama. Kaki lumayan pegal dan capek menyusuri jalanan di Singapura di siang hari yang cukup panas dan gerah itu. Sesekali kami berhenti di kafe untuk istirahat sejenak sambil membeli cemilan dan minuman kemudian kembali melanjutkan acara jalan kaki.

Menjelang sore, kami melanjutkan perjalanan ke Fort Canning Park yang ternyata sangat luas. Di antara tempat-tempat yang saya kunjungi rasanya Fort Canning ini yang paling menyenangkan karena banyak pepohonan rindang di sana sehingga terasa teduh pada siang hari yang terik itu. Dari Fort Canning, kami mengakhiri perjalanan di Haji Lane untuk window shopping sekaligus mencari makan malam.

As I said, rasanya menyenangkan bisa traveling kembali setelah beberapa tahun terhalang COVID. Saya tidak sabar untuk merencanakan tujuan traveling berikutnya.

Got something to say?