Belati

Kotak itu terbuat dari beledu, berwarna merah hati dan salah satu sudutnya memantulkan cahaya petromaks yang memancar dari sudut meja. Ditepuk-tepuknya permukaan kotak itu. Partikel debu menari-nari di hadapannya dan membuat hidungnya gatal. HAAAATSSYYYY!!!

Sudah terlalu lama kotak itu tersimpan di lemari, bersandar di sudut terjauh dan tidak tampak di antara tumpukan sepatu dan pakaian. Seumur hidupnya, hanya sekali kotak itu ia keluarkan. Lewat satu windu yang lalu diberikannya pada orang lain tanpa ragu. Sungguh gegabah dan bodoh. Tidak seharusnya kepolosan jiwa membuat mata hatinya buta.

Kini ia sudah tahu jauh lebih banyak tentang dunia. Kotak itu harus diberikan pada orang yang tepat. Orang yang tidak akan sembarangan menggunakan isinya. Orang yang akan menerimanya sebagai sebuah kehormatan, kemudian menyimpannya dengan hati-hati. Meskipun ia juga tidak naif untuk mengharapkan si penerima kotak tidak akan mengeluarkan isi kotak itu sama sekali. Barang sekali atau dua kali, isi kotak itu pasti akan bersentuhan dengan pemiliknya, digenggam atau diacungkan ke udara.

“Terimalah.”
“Mengapa?”
“Terlalu lama aku menyimpannya, sudah waktunya kotak itu berpindah tangan. Dan dirimu adalah orang yang kunanti-nantikan selama ini, orang yang tepat untuk menerimanya.”
Mantap tangannya terjulur, ujung jari-jarinya mendorong kotak itu mendekat ke orang di hadapannya. Mata orang di hadapannya berkedip sekali, sudut bibirnya bergerak membentuk senyuman. Semburat warna merekah di pipinya.
“Bukalah.”
Dengan suara klik pelan, kotak itu terbuka. Sebilah belati tergeletak di dalamnya. Tajam dan berkilau diterpa sinar lampu.
Orang di hadapannya terkesiap.
“Hatiku ada dalam genggamanmu. Kini dirimu mampu melukainya.”

9 comments

  1. Wuoooh O, ini fiksi kan O? Keren O. Firasatku benar kalau tulisanmu pasti bagus. Hahaha. Isi blognya nyenengin dibaca dan fiksinya juga kerennn.. Eh ini fiksi kan?

    Like

Got something to say?