Refleksi: Sampah-Sampah Yang Saya Hasilkan

Saya pernah lihat sebuah gambar kartun yang sampai sekarang membuat saya berpikir. Di kartun tersebut ada bumi dan planet Saturnus yang memiliki wajah. Si Bumi tampak lesu dan ada termometer di mulutnya, sementara Saturnus di hadapannya dengan mimik serius berkata, “I’m afraid you have humans.”

2013-04-02 19.58.08Manusia memang salah satu pemeran utama dalam proses perusakan bumi ini. Populasinya yang tinggi, ditambah dengan makin meningkatnya peradaban, makin besar pula kerusakan yang kita hasilkan. Saya nggak mau ngomong yang besar-besar tentang pencemaran air karena penambangan emas liar, pembabatan hutan untuk membuka perkebunan kelapa sawit di Jambi, atau tangki bocor kapal pengangkut minyak mentah di laut Timor. Pencemaran erat kaitannya dengan sampah. Nah kali ini saya pingin ngomong sedikit tentang sampah apa saja yang saya hasilkan dalam sehari–sejak bangun tidur sampai tidur lagi (eh, malah kayak lagu Mbah Surip ya?)

  1. Bangun pagi lalu mandi, gosok gigi, cuci rambut. Sampah: sabun, shampoo dan pasta gigi.
  2. Sarapan. Saya jarang masak sarapan sendiri jadi harus beli sarapan di luar rumah atau di kantor. Sampah: kertas koran dan kertas minyak, atau styrofoam, sendok plastik, dan kantong plastik.
  3. Saya suka makan sambil ngeteh. Sampah: teh celup.
  4. Selesai makan lap pakai tisu. Sampah: tisu.
  5. Rapat, dapat snack. Sampah: bungkus makanan, kotak kardus, dan kemasan akua gelas.
  6. Nggak sempat keluar makan siang, pakai layanan pesan antar saja deh biar nggak repot. Sampah: kemasan makanan dan sendok plastik.
  7. Selesai makan lap pakai tisu. Sampah: tisu.
  8. Habis wudhu lap muka pakai tisu: Sampah: tisu.
  9. Ngopi sore. Sampah: plastik pembungkus kopi sachet.
  10. Mandi sore. Sampah: sabun, pasta gigi.
  11. Makan malam. Sampah: plastik mi instan, tangkai sayur, cangkang telur, pelapis sosis, kantong plastik.

Seperti kendaraan bermotor yang menghasilkan residu berupa asap knalpot, rupanya kita juga menghasilkan sampah dari berbagai aktivitas harian yang kita lakukan. Yang saya sebutkan di atas tadi hanyalah sampah dalam sehari yang saya hasilkan (tolong abaikan banyaknya makanan yang saya habiskan 😀), belum termasuk nanti kemasan sabun/shampo/pasta gigi/parfum yang habis dipakai, kemasan air mineral atau karton minuman dan sedotan, kantong plastik dan kertas. Kalau diamati, tampaknya sebagian besar sampah-sampah tersebut ada demi sesuatu yang disebut convenience–kemudahan dan kepraktisan–sesuatu yang makin penting bagi kelangsungan hidup para manusia modern yang miskin waktu.

Kadang saya berpikir, apa yang terjadi setelah berbagai barang ini saya buang? Tempat sampah boleh kosong setiap hari, tapi daur hidup sampah baru saja dimulai. Nggak semua sampah bisa habis terurai tanpa sisa selayaknya kompos atau sampah organik. Sampah organik pun butuh waktu panjang hingga terurai seluruhnya dan tanah untuk mempermudah proses pembusukan, lalu bagaimana dengan rumah tangga perkotaan yang nggak punya tanah? Sementara itu, terhadap sampah-sampah non-organik yang butuh waktu lama untuk terurai sepenuhnya (atau bahkan tidak bisa sama sekali), kemungkinan paling baiknya adalah proses daur ulang (recycle) atau memperpanjang masa pemakaian barang tersebut (reuse) sebelum menjadikannya sampah. Pada praktiknya nggak banyak yang melakukan hal itu, akibatnya adalah sampah yang makin menggunung. Bumi memang makin sakit.

Duh makin pusing saya, apalagi saya nggak bisa berbuat terlalu banyak selain mengurangi sampah yang saya hasilkan (reduce), memperpanjang umur barang sehingga nggak cepat jadi sampah (reuse), atau memperbaiki barang rusak agar tidak cepat dibuang (repair). Makan dulu ah…

42 comments

Got something to say?