Cinco Centimetros

5cm-poster

Perkembangan film Indonesia dari hari ke hari saya pikir makin menggembirakan. Selain makin tinggi kuantitasnya, makin baik pula kualitasnya. Kalau dulu saya bakal pikir-pikir dulu untuk nonton film Indonesia di bioskop karena toh tak lama lagi juga sudah diputar di televisi swasta, sekarang nggak lagi. Dalam beberapa bulan terakhir ini saja saya nonton beberapa, di antaranya Perahu Kertas dan Modus Anomali. Tahun 2013 ini saya menantikan Rectoverso dan Madre (ter-dewilestari). Dan hari Rabu kemarin saya akhirnya nonton film 5 cm doooong… (pamer banget, padahal nontonnya juga telat).

Waktu searching foto untuk ilustrasi postingan ini, saya lihat kayaknya sudah banyak banget blogger-blogger yang pada nulis review tentang 5 cm, tapi gapapa ya saya ikutan nulis di sini?

Saya tahu pertama kali tentang 5 cm setelah baca novel pinjaman dari teman. Ceritanya (sepertinya sudah banyak yang tahu, tapi saya tulis juga sedikit di sini) adalah tentang 5 orang sahabat yang memutuskan untuk berpisah sejenak dan merayakan pertemuan mereka kembali dengan mendaki gunung Semeru. Walaupun banyak yang suka, saya harus ngaku kalau 5 cm adalah salah satu novel yang nggak saya tamatkan baca sampai akhir karena saya nggak suka dengan cara berceritanya. Entah kenapa, saya rasa Donny Dhirgantoro terlalu berlebihan dan bertele-tele dalam menulis novel ini, humor yang dilontarkan pun banyak yang terkesan garing. Maka belum sampai separuh buku saya sudah menyerah baca, cuma comot baca sedikit sana sini, dan nggak ragu untuk membuka halaman terakhir–satu hal yang pantang saya lakukan kalau baca novel.

Enough about the book, I’ll move on to the movie. Begitu mendengar bahwa 5 cm akan difilmkan, saya berharap cukup banyak. Mungkin saya akan bisa lebih menikmati cerita ini bila disampaikan melalui film. Memang benar, kita dibuat terpana dengan indahnya pemandangan alam Indonesia. Hamparan sawah dalam perjalanan mereka ke Malang, barisan pegunungan dan danau yang dilewati dalam perjalanan mereka mendaki Semeru. Bagian favorit saya adalah saat para tokoh berada di tepi Ranu Kumbolo dan di atas lautan awan saat mendaki puncak Mahameru. Spektakuler, saya turut merasakan sensasinya.

But that’s it. Nyaris nggak ada perubahan yang signifikan antara buku dan film. Plot dan dialog-dialognya masih sama. Masih banyak bagian dan adegan yang–kalau boleh digambarkan dalam istilah musik–fals. Misalnya saat mereka bersiap mendaki, masing-masing seperti mengucapkan ikrar yang rasanya nggak masuk akal untuk diucapkan seperti slogan iklan. Kemudian saat mengibarkan sang saka di puncak Mahameru, di tengah banyak orang yang mengikuti upacara, kenapa mereka malah teriak-teriak tentang persahabatan eksklusif mereka sendiri? Satu hal lagi, interaksi mereka dengan orang lain saat mendaki Semeru kurang dieksplorasi. Dari sisi dramanya (teteeeup) pun saya masih belum paham bagaimana bisa Zafran semudah itu pindah ke lain hati?

Akhirnya saya pun sampai pada kesimpulan, 5 cm sebenarnya berlian yang kurang terasah. Kisah ini sebenarnya sangat sarat akan pesan moral dan pelajaran, diantaranya tentang nasionalisme dan pentingnya meninggalkan comfort zone kalau kita ingin berubah ke arah yang lebih baik (sayang cuma digambarkan oleh Iyan yang berhasil menyelesaikan skripsinya). Tapi bagaimana pun juga menurut saya penulis juga perlu memperhatian cara penyampaian cerita serta perlunya membangun ikatan antara pembaca/pemirsa dengan para karakter di dalam cerita, dan dalam 5 cm saya tidak menemukan hal ini. Ibarat sebuah orkestra, saya hanya bisa menikmati permainan beberapa alat musiknya tapi tidak secara keseluruhan. But then, ini penilaian yang sangat subyektif. Bagaimana dengan anda?

38 comments

  1. Aku belum baca buku dan belum liat filmnya.
    Ehmm, kadang ada rasa takut ngeliat buku/novel/ atau apalah yang di filmkan.
    Taku imajinasi dan expetasi kita jauh dari visualisasi yang difilmkan.

    Like

    • sebenarnya pendapat orang tentang 5 cm cukup beragam. Ada yang suka banget, ada yang kurang suka kayak saya. hehehehe, sebaiknya dibaca/ditonton sendiri yah 😀

      Like

Got something to say?