Sky’s The Limit

Bila disuruh memilih film macam apa yang paling saya sukai, saya paling sering memilih genre drama. Yeap, drama dengan segala konflik mengharu birunya yang menorehkan bekas di hati dan menjungkir balikkan perasaan. Tapi saya masih suka kok nonton film action (asal ada dramanya), fantasi (yang ada dramanya), misteri (selama ada dramanya), dan sesekali horor (asal ada dr… *DIKEPLAK*).

Keith-2008-–-Hollywood-Movie-Watch-Online3Film terakhir yang saya tonton kemaren waktu long weekend natalan adalah Keith, sebuah film independen yang diproduksi tahun 2008, dibintangi oleh Jesse McCartney yang sebelumnya saya kenal sebagai penyanyi dan Elisabeth Harnois. Keith bercerita tentang seorang gadis 17 tahun bernama Natalie yang alkisah merupakan seorang gadis idaman setiap orang tua. Picture how do you want your daughter would be, and that’s Natalie. Cantik, pintar, dan populer, Natalie juga mempertahankan nilai-nilai sekolahnya dan mengejar beasiswa tennis di Duke University. She had eveything figured out, masa depan cerah terbentang di hadapannya.

Kemudian dia bertemu dengan Keith yang menjadi pasangannya di praktikum Kimia. Keith adalah seorang pemuda berpandangan bebas yang menjengkelkan dan bersikap semau sendiri hingga mau tak mau rasa penasaran Natalie bangkit. Bersama Keith, Natalie melakukan hal-hal gila yang sebelumnya tak pernah ia pikirkan–masuk gedung perkantoran tanpa ijin atau meletakkan bola bowling di rumah orang saat pagi-pagi buta. Hubungan mereka semakin lama semakin dekat dan hal ini membuat pacar Natalie terusik.

Disaat Natalie sendiri mengalami kebimbangan, Natalie menemukan obat antidepressant milik Keith. Ia mengalami kesulitan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi karena Keith tidak bisa ditemui dimana-mana. Konflik demi konflik dengan Keith membuat Natalie semakin frustrasi, hubungannya dengan orang tuanya sedikit memanas, ia pun mengalami kekalahan di turnamen tennis sehingga mengancam perolehan beasiswanya. Akhirnya Natalie mengetahui bahwa Keith menderita kanker. I’m no spoiler thus I won’t tell you how the story ends.

Kisah sederhana dengan jalan cerita yang mudah diikuti, Keith membuat kita kembali mempertanyakan apa tujuan hidup kita? Apa yang kita rencanakan dalam hidup? Apakah kita memang benar-benar menginginkannya? Ataukah karena hal itu merupakan hal yang umum dilakukan? Lahir, besar, sekolah, kuliah, bekerja. Apakah memang harus seperti itu urutannya? Tidak adakah pilihan selain itu?

Tema semacam ini bisa dibilang banyak diusung oleh kisah-kisah drama, gagasan untuk menjadi diri kita yang sebenar-benarnya dan melakukan hal-hal yang benar-benar kita sukai. Who doesn’t want that? Namun entah karena suasana hati yang kurang pas atau karena sekarang saya sudah berubah menjadi manusia konservatif, di Keith saya merasa hal ini kok terlalu dibesar-besarkan. Karena satu orang pemuda ini, Natalie melepaskan apa yang sudah ada dalam genggamannya dan hampir ‘kehilangan’ masa depannya. But hey, apa sih masa depan itu? Ada banyak kemungkinan dan kesempatan besar terbentang di depan kita. Sky’s the limit–kata Keith.

25 comments

Got something to say?