Jebakan Hobi

Seberapa sering kita terjebak dalam godaan belanja atas nama hobi? I don’t know about you, tapi ternyata saya lumayan sering mengalaminya. Awalnya sih tidak sadar, tapi setelah terulang berkali-kali baru saya paham.

Dulu pas lagi jaman-jamannya doyan bikin sketsa, saya sering sekali mengunjungi gramedia untuk beli berbagai pensil, buku sketsa, sampai penghapus. Gimana nggak ngiler melihat berbagai perlengkapan menggambar yang beraneka ragam di toko buku besar tersebut hingga akhirnya godaan untuk membeli tak tertahan lagi. Untungnya saya nggak sampai kalap dan beli semua alat-alat menggambar merek (kalo nggak salah) Derwent yang harganya gak murah.

Berikutnya saya beli peralatan melukis. Dari cat minyak hingga berbagai jenis kuas saya beli. Untungnya ada toko online rekomendasi dari teman yang jual barang-barang itu dengan harga yang cukup miring.

Berikutnya ketika sedang tergila-gila dengan konsep rawfood dan green smoothies, saya beli blender dan berbagai buku resep untuk bikin jus/smoothies. Oke, yang ini mungkin doesn’t count as a hobby.

Sebenarnya hal-hal yang sudah saya sebutkan diatas nggak ada salahnya sih, kalau saja saya nggak berhenti melakukan hobi saya tersebut. Ya, memang… Ternyata sekarang bisa dibilang saya berhenti melakukan apa itu yang saya sebut hobi. Jadi apa memang benar hobi itu adalah hobi saya sesungguhnya? Ataukah ini hanya… well, alasan untuk berbelanja?

Atas dasar itu semua, saya pun berkesimpulan dan ngaku kalau itu cuma keranjingan sesaat. Saya waktu cuma butuh alasan untuk membeli benda-benda menarik yang belum pernah saya punyai. Not a good thing, karena pada akhirnya barang-barang tersebut numpuk tak berguna di kamar.

One more thing, kalau memang benar itu hobi kita, maka tidak perlu kok kita punya atau beli berbagai barang semacam itu. Misalnya saja: resep jus bisa banyak diperoleh lewat internet tanpa harus beli buku resep, saya nggak butuh pensil dengan puluhan gradasi ketebalan untuk bikin sketsa, saya nggak perlu beli paper stump karena sebenarnya saya bisa buat sendiri, dan seterusnya dan sebagainya… Kita bisa putar otak dan lihat di sekeliling kita untuk memperoleh substitusi dari benda-benda yang kita butuhkan untuk menunjang hobi.

So, since I know better now, saya selalu berusaha untuk menghentikan diri ketika muncul godaan belanja mendadak semacam ini. Satu yang saya coba hentikan sekarang, godaan untuk memborong buku di Gramedia, toko buku online, atau di pameran buku. Pengakuan: saya rada kalap di Book Fair Gramedia yang terakhir. Well, saya memang hobi baca sih, cuma ternyata sekarang dari buku-buku yang saya beli masih banyaaak sekali yang belum terbaca, separuh terbaca, bahkan masih terbungkus plastik. Sekarang saya coba untuk baca dulu sampai habis semua buku yang sudah saya beli sebelum beli lagi buku baru… Wish me luck.

Posted from WordPress for Android

One comment

  1. […] lalu saya berjanji untuk lebih mindful saat membeli barang. Kemudian saya pernah menulis bahwa banyaknya hobi yang saya miliki membuat saya impulsif membeli barang-barang yang mungkin tidak diperlukan. […]

    Like

Got something to say?